Sebagai kota tersbesar kedua Indonesia, tentunya Surabaya menjadi pusat pergerakan ekonomi, khususnya di gerbang Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, membuat Ibu Kota Jawa Timur harus cepat dalam membangun infrastruktur yang lebih baik. Transportasi alternatif harus disiapkan oleh Pemkot agar tidak menghambat roda ekonomi yang terjadi, seperti kemacetan yang sering dijumpai di beberapa titik di jatung Kota Surabaya. Penambahan ruas jalan, tengah di gencarkan untuk mengurai kemacetan dan semakin padatnya kendaraan yang membebani jalan raya. Beban Jalan di Surabaya semakin tidak memungkinkan dalam menampung pelbagai kendaraan, baik untuk transportasi, industri hingga kendaraan pribadi, bagaimanapun ini menjadi polemik. Salah satu solusi dari "masalah" tersebut adalah pembuatan Kanal.
Pembuatan Kanal ini selain untuk transportasi alternatif juga untuk normalisasi dan pemaksimalan dalam fungsinya. Adapun fungsi lain dari kanal dapat menjadi transportasi water way, wisata air, menampung debit air hujan dan transportasi kontainer. Sebagai pembanding di Eropa Tengah perkembangan kanal sangat bermanfaat untuk memperbaharui kelayakkan studi ekonomi, yang hal tersebut dimulai pada tahun 1994 dan 2004.
Pada gambar diatas terlebih pada garis merah, adalah sungai besar Surabaya yang memungkinkan untuk dinormalisasi sebagai kanal. Kanal Surabaya dapat dimulai dari wilayah Pabean Cantian-Krembangan-Bubutan- Genteng-Tegal Sari hingga bertemu di pertigaan Wonokromo. Dari Wonokromo ke Barat, menuju wilayah industri wilayah Karangpilang dibangun Dam sekaligus Terminal untuk komoditas Industri dan logistik. Wonokromo ke arah Surabaya Timur memiliki kendala, yaitu jalur kereta api, namun jalur kereta api tersebut dapat disiasati dengan membangun tunnel dan pada Dam Jagir dibangun Dam untuk peralihan transportasi air karena perbedaan ketinggian permukaan air kanal, ilustrasi seperti pada gambar dibawah.
Pertigaan Wonokromo ke wilayah Timur Surabaya, yaitu wilayah Sukolilo dibangun Terminal untuk komoditas Industri dan logistik. Tidak jauh dari Pintu Exit Tol Waru-Juanda dibangun Terminal untuk komoditas Industri dan logistik, demikian pula dibangun Terminal komoditas Industri dan logistik pada Bandara Juanda dimana jalur kanal keduanya bertemu di titik wilayah Gunung Anyar. Disamping jalur Kanal diatas yang digunakan untuk komuditas, juga dapat digunakan untuk water way destinasi wisata dan transportasi air, tentu pada titik-titik tertentu dibangun "Halte" untuk para Visitor.
Penulis berharap Pemkot Surabaya dapat merealisasikan pembangunan Kanal Surabaya, memang biaya yang dianggarkan, waktu dan tenaga yang dibutuhkan dalam pembangunan tidak sedikit, namun hal tersebut tentu sebanding bahkan mencapai keuntungan lebih dengan hasil yang di tuai Pemkot Surabaya kelak.
Thanks infonya, jadi tau tentang kanal di Surabaya.
BalasHapus