Revolusi Halte Surabaya (Part I)


Surabaya-Peningkatan jumlah kendaraan  tidak hanya berdampak pada jalanan kota yang semakin padat dengan kemacetan dibeberapa titik atau wilayah namun juga berpotensi memberikan ancaman serius terhadap lingkungan manusia sendiri, seperti polusi kendaraan yang semakin meningkat tiap tahunnya. Melihat pentingnya kebutuhan transportasi yang meningkat tajam, penting bagi Pemkot Surabaya untuk sesegera merealisasikan moda transportasi umum, seperti Bus, Train dan monorail. Meski secara finansial Pemkot Surabaya tidak menemui kendala dalam merealisasikan, namun juga harus dipertimbangkan proyek pembangunan tersebut, sesuai dengan Blue print AMDAL, FS dan DED. Melihat perencanaan serta keseriusan Pemkot Surabaya dalam membangun moda transportasi masal tersebut, maka penulis lebih mempersempit batasan pembahasan dalam meningkatkan efektivitas Halte, baik itu Bus, Trem, Monorail dan juga Water Way. Berdasarkan hasil observasi dibeberapa kota, maka penulis merumuskan setidaknya "Beberapa Faktor" yang harus menjadi perhatian Pemkot dalam membangun  fasilitas umum khususnya Revolusi Halte, rumusan tersebut antara lain sebagai berikut

Aman

Keamanan merupakan hal prioritas bagi penumpang, oleh karena itu adanya CCTV (Close Circuit Television) di setiap halte adalah merupakan keharusan, disamping memantau setiap kejadian di seputaran halte, adanya CCTV juga menimbulkan rasa aman bagi penumpang. Senada dengan fungsi CCTV, maka setiap alat transportasipun harus dilengkapi dengan kamera semacam CCTV, ini adalah standart transportasi, dengan adanya kamera, aktivitas penumpang baik di halte dan dalam kendaraan transportasi dapat terpantau dengan baik, sehingga penumpang merasa aman dari tindak kriminalitas. Pertimbangan selanjutnya adalah Petugas Keamanan pada titik-titik rawan, dimana halte yang banyak di penuhi oleh penumpang, hal tersebut dapat memungkinkan tingkat kriminalitas semakin besar. Adapun apabila terdapat rute-rute yang rawan akan kejahatan dan bus yang khusus untuk perempuan dan anak maka juga perlu pertimbangan adanya petugas kemanan pada masing-masing alat transportasi.

Konstruksi bangunan merupakan hal yang juga harus dipertimbangkan untuk keamanan penumpang. Bagaimanapun Ketahanan sebuah bangunan sangat penting bagi pengunjung dengan tujuan selain melindungi  dan bermanfaat bagi pengunjung, konstruksi bangunan harus dibangun dengan kokoh dan tahan lama serta tahan dari segala cuaca. Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif sangatlah penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan) infrastruktur yang mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan  atau AMDAL. Selain adanya blind path pada lantai untuk kaum difabel, lantai dasar halte harus benar-benar sesuai dengan ketinggian alat transportasi itu sendiri, dengan kata lain ketinggian dasar halte dan alat transportasi harus pas, tidak terlampau tinggi dan tidak terlampau rendah, sehingga konstruksi bangunan benar-benar bermanfaat dan nyaman bagi setiap penumpang.



Halte harus diperlengkapi dengan sistem pemadam kebakaran otomatis, jadi dimana ada halte setidaknya disitu pula juga terdapat hidran. Sistem pemadam kebakaran otomatis dapat diaplikasikan kepada halte bus yang ukuran besar dan dengan model tertutup, seperti halte bus trans Jakarta, namun apabila skala bangunan halte kecil serta dengan model terbuka, maka tidak diperlukan adanya sistem ini.
  
Keberadaan Rambu halte sangat diperlukan dan penting, yaitu memberikan petunjuk bagi masyarakat, tidak hanya bagi para penumpang namun juga pejalan kaki, pesepeda dan pengendara motor dan mobil. Keberadaan rambu amatlah penting, calon penumpang dapat mengingat petunjuk dengan mudah apabila rambu halte terpasang ditempat yang jelas, sehingga calon penumpang tidak kebingunan dalam mencari lokasi halte dimana ia akan mengakses. Biasanya keberadaan rambu juga disertai dengan nama tempat dan kode halte, sehingga meski pengunjung lupa akan lokasi nama halte, opsi kedua adalah pengunjung masih dapat mengingat kode halte


Penerangan yang baik adalah salah satu faktor keamanan halte, penerangan tidak hanya terdapat didalam halte saja, namun juga diluar halte, dengan kata lain lebih baik halte dilengkapi lampu penerangan jalan raya. Lampu penerangan tersebut bertujuan selain memberikan penerangan diwaktu malam mengenai posisi halte juga untuk faktor keamanan khususnya diwaktu malam. Contoh tersebut dapat terlihat pada halte bus Basuki Rahmat Surabaya

Jalur khusus  pada halte menjadi pertimbangan keamanan selanjutnya, sebab pada jalur tersebutlah kendaraan transportasi masal berhenti menurukan dan mengangkut penumpang. Jalur khusus disini bukan menyinggung halte Trem, Monorail dan juga Water Way karena alat transportasi tersebut notabennya tidak berbagi dengan kendaraan lain, namun yang dibahas disini adalah jalur khusus Bus. Jalur bus harus jelas karena demi keamanan dan keselamatan antar pengendara, baik itu transportasi umum, mobil pribadi dan sepeda motor.


Bus Bay, atau yang dikenal "teluk bus", model jalur khusus bus bay model tersebut meminimalisir kecelakaan dan kemacetan, karena bus tidak memakan banyak badan jalan pada saat bus menurunkan dan menggangkut penumpang. Disamping itu pada pemberhentian bus dipertegas oleh adanya garis sebagai petunjuk batas dimana bus mempunyai jalur pemberhentian sendiri di halte bus  sehingga melalui garis tersebut menjadi tanda bagi  pengendara lain untuk tidak menggunakan jalur khusus bus bay. Selain itu model  Bus Bay mempunyai desain jalur yang dapat memuat beberapa bis sekaligus, karena jalur atau teluk bus tersebut relatif panjang. Namun pembanunan serta letak halte dan bus bay harus sesuai dengan kaidah formulasi study ilmiah yang berlaku, faktor tersebut untuk keselamatan, baik keselamatan pada penumpang dan pengendara lain



0 komentar:

Posting Komentar