Revolusi Halte Surabaya (Part IV)


Nyaman
Kenyamanan adalah faktor penutup dari artikel Revolusi Halte Surabaya, dimana telah diulas hingga pada bagian keempat. Vitruvius i abad 1 SM pernah mengemukakan teorinya yang
dikutip oleh Panero (2003) menyatakan  antropometri adalah ukuran anatomi manusia pada waktu melakukan aktifitas berikut kebutuhan ruang sirkulasi dan
perlengkapan yang menyertai aktifitas tersebut. Misalnya ukuran manusia sedang
berjalan, menulis bekerja dan sebagainya atau dengan kata lain atau dengan arti Antropometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran, berat, volume, dan lain-lain) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak. Dalam hal ini ukuran anatomi yang
dipakai adalah ukuran anatomi manusia setempat yang direncanakan akan melakukan aktifitas tersebut, misalnya manusia Asia, manusia Eropa dan sebagainya, oleh karena itu pentingnya kenyamanan sebuah bangunan adalah hal yang penting dan harus diperhatikan.

Kenyamanan Dalam Ruang 
Keberadaan halte harus menyesuaikan kaidah antropometri sebagai acuan, agar kenyamanan tersebut benar-benar dirasakan oleh calon penumpang. Apabila pembangunan halte kurang memperhatikan kaida antropometri tersebut, maka calon penimpang yang menggunakan halte dari sisi kenyamanan akan berkurang pula.

Halte pada ruang tertutup, fasilitas AC dan Ruang Khusus Perokok menjadi prioritas utama. Tujuannya agar terdapat udara yang masuk dan agar sirkulasi tetap sehat maka juga dibutuhkan Exhaust Fan, serta menjaga udara agar tetap bersih, maka calon penumpang dilarang untuk merokok di ruang ber AC. Ketersediaan ruang khusus perokok adalah solusi bagi halte tertutup, sehingga calon penumpang yang tidak merokok tidak terganggu dan merasa nyaman saat didalam halte. Apabila halte dengan ruang terbuka, maka tidak diperlukan adanya AC, Exhaust Fan dan Ruang khusus merokok. Namun adanya pepohonan rindang di seputaran halte bus dengan model terbuka, akan menambah kesejukan disekitar halte sehingga calon penumpang tidak gerah karena cuaca terik.




Pada ruang tertutup maupun terbuka khususnya pada halte induk, ketersediaan toilet juga perlu dipertimbangkan. Mengingat perannya sebagai halte induk, maka intensitas penggunaan halte kian banyak, pentingnya ketersediaan toilet menjadi pertimbangan, serta menunjang kebersihan.

Halte sebagaimana fungsi bangunannya, yaitu sebagai sarana transportasi untuk turun dan mengangkut penumpang, tentu penumpang perlu menunggu untuk menggunakan moda transportasi, adanya tempat duduk yang memadai sangat membantu calon penumpang. Selain itu keberadaan tempat sampah sangatlah penting dalam menjaga kebersihan halte, idealnya halte dengan model terbuka maupun tertutup, keberadaan tempat pembuangan sampah mutlak adanya. Perlengkapan kebersihan pada tiap-tiap halte perlu dibertimbangkan, seperti kain lap dan cairan pembersih kaca, sapu dan kain pel terlebih pada halte induk. Kebersihan halte juga dapat dilakukan dengan menepatkan petugas kebersihan di setiap halte induk, dengan tujuan menjaga kebersihan halte karena faktor banyaknya intensitas calon penumpang yang lalu-lalang beraktivitas dengan menggunakan halte.

Hal yang kerab diabaikan bahkan menjadi permasalahan di Indonesia adalah kebanyakkan halte di Indonesia tidak memperhatikan kepentingan kaum difabel, dampak dari itu kaum difabel merasakan kesulitan dalam menggunakan moda transportasi dan disamping itu sudah pasti kaum difabel merasakan "diskriminasi" hak sebagai warga kota. Solusi dari permasalahan tersebut ialah kewajiban penyediaan  blind path pada tiap-tiap halte, kaum difabel akan banyak terbantu memudahkan dalam menggunakan alat transportasi masal melalui halte. Banyak halte di Indonesia mengesampingkan hal ini, oleh karena itu tepat apabila setiap pembangunan halte wajib dilengkapi dengan blind path. Perhatian lain bagi kaum difabel adalah lantai halte, tinggi lantai halte dan pedestrian sebaiknya sama, dengan tujuan supaya kaum difabel dapat mudah menggunakan halte, tanpa mengalami kendala berarti.

Kenyamanan Luar Ruang
Kenyamanan halte luar ruang meliputi seputaran ruang dimana halte berada, kenyamanan itu tidak hanya dirasakan bagi pengguna halte saja, namun juga pejalan kaki dan jalur sepeda, sehingga keberadaan halte menjadi sangat efektif dan tidak menjadi penghalang bagi pejalan kaki dan jalur sepeda. Selain itu harmonisasi antara pedestrian, halte dan jalur sepeda dapat saling terintegrasi dalam fungsi maupun kegunaannya dapat meningkatkan kenyamanan warga dalam menggunakan fasilitas umum tersebut tanpa menemui banyak kendala.

Pada halte induk, ketersediaan lahan parkir menjadi prioritas utama kenyamanan diluar ruangan. Lahan parkir bertujuan sebagai tempat penitipan kendaraan maupun sepeda dari calon penumpang, untuk menggunakan  transportasi masal. Apabila lahan parkir luas dan aman, maka akan semakin banyak masyarakat yang akan beralih dari kendaraan pribadi kepada transportasi masal yang nyaman, bersih dan aman.



Kenyamanan Waktu
Tidak bisa dibantahkan lagi bahwa kenyamanan waktu hanya mempunyai satu pilihan dan satu-satunya solusi, yaitu tepat waktu. Moda transportasi masal harus tepat waktu untuk dapat singgah pada masing-masing halte, sehingga calon penumpang merasakan kenyamanan dan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan transportasi masal meningkat, sehingga masyarakat dalam menggunakan transportasi masal masyarakt tidak perlu merasa cemas dan khawatir akan keterlambatan waktu.

Kenyamanan Biaya
Besarnya biaya yang dikeluarkan selalu berpadanan dengan pelayanan serta fasilitas yang didapatkan, hal itupun juga berlaku bagi alat transportasi di Indonesia saat ini. Meski demikian Pemerintah Kota maupun Pemerintah Pusat tetap tidak tinggal diam dalam membuat masyarakat untuk membantu masyarakat menggunakan moda transportasi masal dengan harga terjangkau, yaitu dengan memberikan subsidi agar semua lapisan masyarakat dapat turut merasakan manfaat dari transportasi masal tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar